Cleopatra VII Philopator adalah ratu Mesir kuno,
anggota terakhir dinasti Ptolemeus (Januari 69 SM – 12 Agustus 30 SM). Walaupun
banyak ratu Mesir lain yang menggunakan namanya, dialah yang dikenal dengan
nama Cleopatra, dan semua pendahulunya yang bernama sama hampir
dilupakan orang.
Ia adalah penguasa Mesir bersama ayahnya Ptolemeus XII, saudara laki-laki
sekaligus suaminya: Ptolemeus XIII dan Ptolemeus XIV, dan akhirnya anaknya
Caesarion. Cleopatra berhasil mengatasi kudeta yang dirancang oleh
pendukung saudara laki-lakinya dengan bersekutu dengan Julius Caesar dan
dilanjutkan Mark Antony. Cleopatra memiliki 1 anak dari Julius Caesar
dan 3 anak dari Mark Antony (dua diantaranya adalah kembar).
Cleopatra bunuh diri sewaktu Augustus (Octavianus) naik tahta dan
menyerang Mesir, dengan cara memasukkan tangannya sendiri kedalam keranjang
penuh ular berbisa ( Asp / sejenis Cobra asal Afrika Utara). Kisah hidupnya
sering didramatisasikan dalam berbagai bentuk karya, termasuk "Antony and
Cleopatra" dari William Shakespeare dan beberapa film modern.
Masa kecil Cleopatra VII Philopator
Sedikit yang diketahui tentang masa kecil Cleopatra, tetapi Cleopatra berdarah
Yunani, bukan keturunan Mesir. Ia dilahirkan pada awal tahun 69 SM, anak ke-3
dari 6 orang dan lahir di kalangan Dinasti Ptolemaik Yunani. Ia mempunyai 2
orang kakak dan seorang adik perempuan serta dua adik laki-laki. Ia dilahirkan
dan dibesarkan di Alexandria yang merupakan kota terbesar dan termewah saat
itu.
Kerajaan dari ayah Cleopatra tidak aman akibat tekanan dan konflik dari luar
dan dalam perebutan kekuasaan, serta konflik dalam seperti pemerintahan
sentralisasi dan korupsi politik. Hal ini memimpin pemberontakan dan hilangnya
Siprus dan Cyrenaica yang menyebabkan masa kekuasaan Ptolemeus sebagai salah
satu yang paling mematikan di dinasti tersebut. Semasa kecil, Cleopatra telah
melihat persengketaan dalam keluarganya sendiri. Dikatakan bahwa ayahnya
selamat dari 2 usaha pembunuhan ketika seoragn pelayan menemukan ular berbisa
yang mematikan di tempat tidurnya dan pelayan yang mencicipi minuman anggur
tuannya yang selanjutnya pelayan tersebut meninggal. Kakak perempuan tertuanya,
Tryphaena juga mencoba untuk meracuni Cleopatra sehingga ia mulai menggunakan
juru cicip. Ketika ia berusia belasan tahun, ia menyaksikan kejatuhan ayahnya
sendiri dan ayahnya menjadi boneka Kekaisaran Romawi akibat beban utang yang
terlalu tinggi, tetapi masih berharap agar Romawi tidak menaklukan Mesir.
Keadaan itu menyebabkan Ptolemeus XII diusir rakyat dari Alexandria yang
akhirnya melarikan diri ke Romawi. Pada tahun 58 SM, ibunya, Cleopatra V
mengambil alih pemerintahan bersama anaknya, Berenice IV dengan bantuan
gubernur Suriah yang dikuasai Romawi, Aulus Gabinius selama setahun hingga
ibunya meninggal, lalu Berenice IV memerintah sendiri. Ptolemeus XII
menggulingkan anak perempuan tertuanya pada tahun 55 SM dan menghukum mati
anaknya, Berenice IV. Kakak perempuan Cleopatra lainnya, Tryphaena mengambil
tahta dan tidak lama kemudian ia meninggal yang menyisakan Cleopatra dengan
suaminya dan adiknya, Ptolemeus XIII sebagai penerus tahta.
Cleopatra VII Philopator Naik tahta
Ptolemeus XII meninggal pada bulan Maret tahun 51 SM, membuat Cleopatra yang
saat itu berusia sekitar 18 tahun dan Ptolemeus XIII yang berusia sekitar 12
tahun sebagai pemimpin gabungan. 3 tahun pertama kekuasaan mereka sulit karena
permasalahan ekonomi, kelaparan, banjir sungai Nil dan konflik politik.
Walaupun Cleopatra menikahi adiknya, ia menunjukan bahwa ia tidak memiliki
keinginan untuk berbagi kekuasaan dengannya.
Cleopatra VII Philopator Diturunkan dari tahta
Pada bulan Agustus tahun 51 SM, relasi mereka rusak. Cleopatra
menurunkan nama Ptolemeus dari dokumen resmi dan wajahnya muncul sendiri di
uang koin yang berada diluar tradisi Ptolemaik yang menyatakan bahwa pemimpin
wanita dibawahkan oleh pemimpin laki-laki. Hal ini menghasilkan kelompok
rahasia orang yang tidak termasuk dalam istana, dipimpin oleh eunuch Pothinus,
menurunkan Cleopatra dari kekuasaan dan menjadikan Ptolemeus pemimpin pada
tahun 48 SM (atau lebih awal, dan terdapat sebuah dekrit pada tahun 51 SM
dengan nama Ptolemeus sendiri). Ia mencoba untuk melakukan pemberontakan
disekitar Pelusium, tapi ia terpaksa melarikan diri dari Mesir dengan adiknya
yang tersisa, Arsinoe.
Cleopatra VII Philopator Kembali naik tahta
Ketika Cleopatra pergi dari Mesir, Pompey melibatkan diri dalam perang saudara
Romawi. Pada musim gugur tahun 48 SM, Pompey melarikan diri dari pasukan Julius
Caesar ke Alexandria dan mencari suaka. Ptolemeus saat itu berusia 15 tahun dan
menunggu kedatangannya. Pada tanggal 28 September 48 SM, Pompey dibunuh oleh
salah satu mantan opsirnya yang sekarang bekerja untuk Ptolemaik. Ia dipenggal
di depan istri dan anaknya, yang berada di kapal yang baru saja ia turuni.
Ptolemeus berpikir bahwa dengan ia telah memerintahkan kematian Pompey untuk
menyenangkan Julius Caesar. Hal ini adalah kesalahan Ptolemeus yang besar.
Ketika Caesar tiba di Mesir dua hari kemudian, Ptolemeus memberikan kepala
Pompey. Caesar yang melihat hal ini sangat marah karena fakta bahwa walaupun ia
musuh politik Caesar, Pompey adalah konsul Roma dan duda dari anak Julis
Caesar, Julia. Caesar menguasai ibukota Mesir dan menjadikannya wasit dari
klaim antara Ptolemeus dan Cleopatra.
Cleopatra VII Philopator mengambil kesempatan ini dan kembali ke istana
dan bertemu dengan Caesar. Dipercaya bahwa Caesar terpesona dengan langkahnya,
dan Cleopatra menjadi kekasihnya. 9 bulan setelah pertemuan pertama mereka,
Cleopatra melahirkan bayi. Pada saat ini, Caesar meninggalkan rencananya untuk
menggabungkan Mesir, dan mendukung klaim Cleopatra atas tahta. Setelah perang
saudara pendek, Ptolemeus XIII tenggelam di sungai Nil dan Caesar mengembalikan
Cleopatra ke tahtanya, dengan adiknya yang lain Ptolemeus XIV sebagai wakil
pemimpin baru.
Hubungan Cleopatra VII Philopator dengan Julius Caesar
Walaupun perbedaan umur Cleopatra dan Julius Caesar sebesar 30 tahun,
Cleopatra dan Caesar menjadi kekasih selama Caesar berada di Mesir tahun 48 SM
sampai 47 SM. Mereka bertemu ketika Cleopatra berusia 21 tahun dan Caesar
berusia 50 tahun. Pada tanggal 23 Juni 47 SM, Cleopatra melahirkan Ptolemeus
Caesar (disebut "Caesarion" yang berarti "Caesar kecil").
Cleopatra mengklaim Caesar sebagai ayahnya dan berharap untuk menjadikan anak
itu sebagai ahli waris, tetapi Caesar menolak dan lebih memilih cucu lelakinya,
Octavian. Caesarion dimaksudkan untuk mewarisi Mesir dan Romawi, menyatukan
timur dan barat.
Cleopatra dan Caesarion mengunjungi Roma pada tahun 47 SM sampai tahun
41 SM dan hadir ketika Caesar dibunuh pada tanggal 15 Maret 44 SM. Sebelum atau
sesudah pembunuhan, ia kembali ke Mesir. Ketika Ptolemeus XIV meninggal karena
kesehatannya memburuk, Cleopatra menjadikan Caesarion penerusnya. Untuk
menjaganya dan Caesarion, adiknya Arsinoe meninggal.
Hubungan Cleopatra VII Philopator dengan Mark Antony
Pada tahun 42 SM, Mark Antony, salah satu orang yang berkuasa di Roma setelah
kematian Caesar, memanggil Cleopatra untuk bertemu dengannya di Tarsus untuk
menjawab pertanyaan kesetiaannya. Cleopatra tiba dan memikat Antony yang
menyebabkan Anthony menghabiskan musim dingin tahun 41 SM–40 SM dengannya di
Alexandria. Pada tanggal 25 Desember 40 SM, ia melahirkan 2 anak, Alexander
Helios dan Cleopatra Selene II.
Empat tahun kemudian, tahun 37 SM, Antony mengunjungi Alexandria sekali lagi
untuk berperang dengan Parthian. Ia memperbarui hubungannya dengan Cleopatra,
dan sejak saat itu Alexandria menjadi rumahnya. Ia menikahi Cleopatra menurut
ritus Mesir (surat dikutip di Suetonius mengusulkan ini), walaupun ia sedang
berada pada waktu menikahi Octavia Minor. Ia dan Cleopatra memiliki anak yang
bernama Ptolemeus Philadelphus.
Dengan donasi Alexandria pada tahun 34 SM, dan juga serangan Anthony atas
Armenia, Cleopatra dan Caesarion dimahkohtai sebagai wakil pemimpin Mesir dan
Siprus. Alexander Helios menjadi pemimpin Armenia, Media, dan Parthia; Cleopatra
Selene II menjadi pemimpin Cyrenaica dan Libya. Ptolemeus Philadelphus
menjadi penguasa Phoenicia, Suriah, dan Sisilia. Cleopatra juga mendapat gelar
"Ratu atas Raja".
Sikap Anthony dipandang buruk oleh Romawi dan Octavian meyakinkan senat untuk
berperang dengan Mesir. Pada tahun 31 SM, pasukan Anthony menghadapi serangan
armada Romawi di pantai Actium. Dengan terjadinya pertempuran Actium, Octavian
menyerang Mesir. Dengan tanpa pengungsi lain yang melarikan diri, Anthony
melakukan aksi bunuh diri dengan menusukan pedangnya pada tanggal 12 Agustus 30
SM.
Kematian Cleopatra VII Philopator
Mark Antony bunuh diri yang menyebabkan Cleopatra juga bunuh diri. Tidak
diketahui bagaimana ia meninggal, tetapi menurut legenda, ia mengambil
keputusan untuk bunuh diri setelah ia menyadari bahwa ia gagal mencapai
tujuannya. Ia meninggal akibat membiarkan dirinya digigit ular berbisa yang
diselipkan kedalam bakul berisi buah ara. Dalam detik terakhir kematiannya, ia
menyatakan takdirnya sebagai dewi.
Anak Cleopatra, Caesarion mengklaim sebagai pharaoh Mesir, tetapi Octavian
menang lebih dulu. Caesarion ditangkap dan dieksekusi, takdirnya dilaporkan
dikunci oleh perkataan terkenal Octavian: "Dua Caesar terlalu
banyak." Hal ini mengakhiri garis pharaoh Mesir. 3 anak dari Cleopatra dan
Antony diampuni dan dibawa kembali ke Roma dan mereka dirawat oleh istri
Anthony, Octavia Minor.
Pelayan Cleopatra, Iras and Charmion juga bunuh diri. Anak perempuan Anthony,
Octavia diampuni dan juga anaknya, Iullus Antonius. Anaknya yang tertua, Marcus
Antonius Antyllus, dibunuh ketika memohon untuk kehidupannya di Caesarium
Cleopatra
dalam Sepenggal Sejarah Romawi
Ini adalah intrik seorang ratu penguasa Mesir. Seorang Firaun Mesir terakhir
yang menggunakan senjata "kewanitaan" untuk mempertahankan tahta dan
pengaruhnya. Ia merupakan ratu cantik mempesona yang bisa mempengaruhi tokoh
besar Romawi seperti Julius Caesar dan Mark Anthony.
Romawi merupakan kerajaan dan sumber kekuatan terbesar di “dunia Barat” pada
masa itu (510 SM – 476 M). Namun dalam sejarah kejayaan selama 500 tahun,
Romawi juga mengalami perang saudara. Di ujung perang saudara yang paling
berkecamuk dalam sejarah Romawi, Mesir Kuno dibawah pemerintahan Cleopatra
adalah satu kerajaan besar yang ditaklukkan.
Julius Caesar
Saat itu Cleopatra, sedang mempersiapkan pemberontakan melawan suami yang juga
adiknya, Ptolemy XIII. Ia menghimpun kekuatan dengan merekrut pasukan bangsa
Arab yang besar. Sementara gejolak di Romawi turut mempengaruhi Mesir. Penguasa
Romawi, Pompey Yang Agung ditaklukkan Julius Caesar di Yunani dan melarikan
diri ke Mesir. Namun, di negeri itu ia segera dibunuh oleh agen-agen Ptolemy
XIII. Caesar tiba di Alexandria
dan begitu mengetahui musuhnya telah tewas, dia memutuskan untuk mengambil alih
kekuasaan di Mesir.
Setahun berlalu, Romawi berupaya mengendalikan kerajaan Mesir yang kaya-raya
itu. Ini dimanfaatkan Cleopatra untuk meningkatkan cita-cita politiknya dengan
menaklukkan hati Julius Caesar. Si Pemimpin Romawi ini sangat terpikat akan
kecantikan Cleopatra dan atas namanya dia bersedia membantu Cleopatra
menumbangkan Ptolemy XIII.
Pada 47 SM, Ptolemy XIII dibunuh seusai kekalahan melawan pasukan Romawi di
bawah komando Julius Caesar. Cleopatra pun dinobatkan menjadi pemimpin. Julius
dan Cleopatra menghabiskan beberapa minggu bersama dan kemudian Caesar
berangkat ke Asia kecil di mana dia menyatakan
slogannnya Vini, vidi, vici (Aku datang, Aku lihat, Aku menang) seusai
meredakan pemberontakan.
Pada Juni 47 SM, Cleopatra melahirkan seorang putra yang diakuinya adalah
hasil hubungan dengan Caesar dan diberinama Caesarion (Caesar kecil).
Saat Caesar kembali ke Romawi, Cleopatra dan Caesarion ikut menyertainya.
Cleopatra tinggal di sebuah villa miliki Caesar di luar ibu kota. Namun Caesar dibunuh pada Maret 44 SM dan
Cleopatra kembali ke Mesir.
Seiring tewasnya Julius Caesar, Romawi kembali mengalami perang saudara yang
terpecah pada 43 SM dengan formasi tritunggal pemerintahan yang terdiri dari
Octavian keponakan sekaligus pewaris Caesar, Mark Anthony seorang jenderal
militer, dan Lepidus seorang negarawan Romawi. Anthony menjabat pemerintahan di
sejumlah provinsi bagian timur Kekaisaran Romawi, dan dia memanggil Cleopatra
yang dituduhnya telah bersekongkol dengan musuhnya ke Tarsus di Asia kecil.
Mark Anthony
Cleopatra berusaha memikat Antony sebagaimana
yang pernah ia lakukan terhadap Caesar dan pada 41 SM. Dia tiba di Tarsus dengan pakaian
laksana Venus, dewi cinta Romawi.
Anthony terpikat dengan kemolekan tubuh dan rupa Cleopatra. Antony
dan Cleopatra kemudian pergi bersama ke Alexandria.
Di sini mereka menghabiskan musim dingin dengan pesta-pora dan percintaan yang
panas.
Pada 40 SM, Anthony kembali ke Romawi dan menikahi saudara perempuan
Octavian bernama Octavia dalam upayanya untuk menjadi sekutu Octavian.
Sementara itu, kekuasaan tritunggal semakin memburuk. Pada 37 SM, Antony berpisah dengan
Octavia dan mengadakan perjalanan ke timur dengan tujuan untuk mengajak
Cleopatra bergabung dengannya di Suriah. Pada saat itu Cleopatra telah
melahirkan bayi kembar laki-laki dan perempuan. Menurut pelaku propaganda
Octavian, mereka lantas menikah yang mana hal ini dilarang oleh peraturan Roma
yang melarang warganya menikah dengan bangsa asing.
Kekalahan pasukan militer Anthony melawan Parthia pada 36 SM mengurangi wibawanya.
Namun pada 34 SM, dia berhasil mengalahkan Armenia. Untuk merayakan kemenangan
ini, dia melakukan prosesi kemenangan di sepanjang jalan-jalan di Alexandria di
mana ia dan Cleopatra duduk di singgasana keemasan, dan Caesarion serta
anak-anaknya diberi gelar kebangsawanan. Banyak kalangan Romawi menilai (yang
dipicu oleh Octavian) bahwa Antony
berniat hendak menyerahkan Romawi ke tangan asing.
Runtuhnya Mesir Kuno
Setelah beberapa tahun mengalami ketegangan dan serangan propaganda, Octavian
menyatakan perang melawan Cleopatra, dan sudah pasti menyerang Antony
pada 31 SM. Musuh-musuh Octavian bergabung dengan pihak Antony.
Pada 2 September 31SM, di Actium, Yunani, kawasan Laut Mediteranian, Armada
Pasukan Mark Anthony dibantu Mesir berhadapan dengan Armada laut Romawi
dipimpin Agrippa (jenderal kepercayaan Octavian) dan pecahlah pertempuran laut
di yang dikenal sebagai "Battle of Actium".
Namun saat Anthony melihat kapal Cleopatara memutar menuju daratan Mesir,
kapal komando Anthony pun berbalik mengejar. Merasa ditinggalkan komandannya
dalam pertempuran, membuat armada kapal pasukan loyalis Anthony patah semangat.
Dengan mudah Armada laut Agrippa menggilas sisa-sisa kapal pasukan Anthony yang
masih bertempur. Perang laut ini dimenangkan mutlak oleh Armada Agrippa.
Kekalahan itu membuka jalur pasukan Romawi untuk mendarat di Mesir dan
melakukan serangan. Satu persatu kota-kota penting Mesir ditaklukkan sampai
setahun berlalu dan ibu kota
Mesir pun dikepung. Octavian memaksa Cleopatra dan Anthony untuk menyerah.
Sementara Mark Anthony tetap bertempur dengan sisa pasukannya mencoba
mempertahankan ibu kota.
Membela Cleopatra dan kerajaan Mesir untuk terakhir kali.
Antony dikabari
soal kematian Cleopatra, dia menikam dirinya dengan pedangnya sendiri.
Sebelum dia tewas, utusan lainnya menyampaikan bahwa Cleopatra masih hidup.
Dengan luka parah, Anthony pergi menuju peristirahatan Cleopatra dan tewas
dipelukannya. Ia sempat berpesan agar Cleopatra berdamai dengan Octavian.
Ketika utusan pemerintahan tritunggal Romawi tiba, Cleopatra mencoba
merayunya, namun rayuan Cleopatra tak mengena. Merasa kesal, kecewa, dan tak
mau berada di bawah kekuasaan Octavian, Cleopatra memutuskan untuk bunuh diri
pada 30 Agustus 30 SM. Konon ia sengaja membiarkan seekor ular berbisa Mesir
yang merupakan lambang kerajaan mematuknya.
Setelah Cleopatra mangkat, Octavian lantas mengeksekusi putranya Caesarion
dan menyerahkan Mesir kepada Kekaisaran Romawi. Ia menyita dan menggunakan
harta Cleopatra untuk membayar para veteran perang.
Pada 27 SM, Octavian berubah nama menjadi Augustus yang merupakan kaisar
pertama yang paling berhasil dari segala kaisar di Romawi. Dia memerintah
Kekaisaran Romawi dengan damai dan aman hingga wafatnya pada 14 SM di usia 75.
(Berbagai sumber)
Kisah Cleopatra, Ratu yang Legendaris
Namanya selalu dikenang dalam sejarah. Merupakan ratu Mesir Kuno yang menjadi
Firaun terakhir dari dinasti Ptolemy.
Ia punya nama lengkap Cleopatra Selene Philopator. Namun dikenal sebagai
Cleopatra VII. Cleoptara lahir pada tahun 69 Sebelum Masehi (SM) di Alexandria, Mesir dan
meninggal dunia di usia 39 tahun pada 30 SM.
Cleopatra adalah putri Ptolemy Auletes (Ptolemy XII), salah satu dinasti
Ptolemy penguasa Mesir Kuno mantan orang kepercayaan Alexander The Great sang
penguasa Macedonia.
Ptolemy XII punya empat putri dan dua putra. Namun semuanya meninggal saat
masih sangat muda.
Saat Ptolemy XII mangkat tahun 51 SM, kekuasaan diserahkan pada Cleopatra
VII dan adiknya Ptolemy XIII (12 tahun). Kedua penguasa Mesir Kuno yang masih
belia ini mendapat bimbingan dari penguasa Roma bernama Pompey. Saat itu memang
Kerajaan Ptolemaic Mesir bersekutu dengan Roma.
Sesuai tradisi Mesir masa itu, Cleopatra menikah dengan adiknya Ptolemy
XIII. Sejak memangku jabatan sebagai penguasa Mesir Kuno, pemerintahannya mulai
diguncang berbagai persoalan. Ptolemy XIII tidak sepaham dengan istri sekaligus
kakaknya Cleopatra dan mengambil alih kekuasaan tunggal di Mesi
r. Cleopatra dibuang ke daerah Suriah.
Di pengasingan, dalam upaya menduduki kembali tahta kerajaan, Cleopatra
bertemu dengan Julius Caesar. Keduanya pun terlibat api asmara. Dengan bantuan pasukan Romawi yang
dikirim Julius Caesar, Cleoptara menyerang istana dan menumbangkan kekuasaan
Ptolemy XIII.
Kisah cinta Cleopatra dan Julius Caesar berakhir tanpa ada pernikahan. Namun
hubungan cinta mereka membuahkan seorang anak bernama Caesarion. Julius Caesar
sendiri tewas dalam pembunuhan yang dirancang dewan senat Romawi pada 15 maret
44 SM. Tewasnya Julius Caesar menyebabkan perpecahan dalam kepemimpinan Romawi.
Saat itulah Mark Anthony bersekutu dengan Cleopatra yang menguasai Mesir.
Keduanya pun menjalin asmara
membara hingga Cleopatra melahirkan dua anak kembar Cleopatra Selena dan
Alexander Helios. Namun keduanya menikah juga pada tahun 36 SM. Buah pernikahan
resmi lahirlah Ptolemy Philadelphus.
Sementara itu kekuasaan Romawi sudah berhasil dikonsolidasi oleh Octavian
dan Agrippa. Dewan Senat Romawi kemudian mendeklarasikan perang terhadap Mesir,
dan meminta Mark Anthony untuk kembali bertugas ke Romawi. Namun Anthony yang
sudah menikahi Cleopatra dan sangat mencintai perempuan itu, menolak panggilan
tugas dan berkhianat terhadap Romawi. Ia tetap berpihak pada Mesir dengan
seluruh pasukannya. Ia mati bunuh diri dengan pedangnya. Sedih melihat suaminya
mati, Cleopatra pun mengambil jalan singkat. Ia mengurung diri di tempat
pengasingan dan bunuh diri dengan membiarkan ular berbisa mematuk tubuhnya.
Tewasnya Cleopatra, berakhirlah kejayaan kerajaan Mesir Kuno. Mesir kemudian
takluk di bawah Romawi dan dijadikan salah satu Provinsi Kekaisaran Roma. Mayat
Marks Anthony dan Cleoptara dimakamkan berdampingan di sebuah piramid.
Kecantikan Bagai Dewi
Ratu Cleopatra VII, adalah Firaun Mesir terakhir yang
selalu mendapat tempat di hati rakyat Mesir. Bahkan beratus-ratus tahun setelah
kematiannya ia tetap dikenang sebagai seorang ratu yang luar biasa. Sesuatu
yang menjadi kenangan adalah perpaduan kecantikan, seks, dan kharismanya.
Cleopatra berasal dari bahasa Yunani Kuno yang artinya "keagungan
ayah" dan nama lengkap Cleopatra VII – Cleopatra The Philapator mengandung
makna "sang Dewi Keagungan Ayah, atau putri kecintaan ayah".
Begitulah sang ayah, Ptolemy XI memberinya nama.
Pemberian nama Cleopatra oleh sang ayah bukan tanpa sebab. Mungkin karena
Ptolemy XI melihat pancaran kecantikan putrinya itu. Cleopatra memang dikenal
sebagai seorang wanita yang berparas cantik dan bertubuh molek. Sejak kecil ia
sudah memancarkan gairah kewanitaan yang mengundang hasrat.
Ada beberapa
sumber literatur yang menyebut bahwa Cleopatra bukan wanita berdarah Mesir
asli. Ia diduga wanita turunan campuran Macedonia, Yunani, dan Suriah.
Karena itu ia mewarisi seluruh kecantikan indo Timur Tengah, Asia
dan Eropa.
Saat pertama kali menduduki tahta kerajaan Mesir di usia 18 tahun, dalam
banyak literatur, ia digambarkan sebagai gadis belia yang sangat menggairahkan.
Tinggi semampai dengan lekuk tubuh menawan, buah dada yang ranum menggoda, kaki
jenjang, pinggul padat berisi, wajah bulat telur, rambut hitam mengkilat, dan
kulit halus putih berkilau.
Wajahnya memancarkan gairah dan vitalitas, dengan alis sedikit tebal, mata
hitam bersinar, bibir seksi dengan sedikit lekukan menawan di bawah hidung,
tampak selalu tersenyum, namun menyimpan misteri "liar" yang
menggoda.
Kecantikan wajah dan tubuh Cleopatra setidaknya sangat berpengaruh terhadap
kepemimpinan dan politik yang dilakukannya. Dengan semua "senjata
kewanitaan" itu semasa hidupnya ia berhasil mempertahankan tahta dan
kejayaan Mesir dari tekanan imperium besar seperti Romawi. Walau akhirnya Mesir
runtuh juga di akhir hayatnya.
Berdasarkan literatur yang lain, Cleopatra disebutkan, sangat menyukai
kehidupan glamor, pesta-pesta dan kehidupan romantis. Ia memang perayu dan
penggoda ulung yang membuat setiap lelaki yang pernah dekat, tidur dan bercinta
dengannya akan "takluk" pada keanggunannya.
Namun, walaupun begitu, dalam urusan politik pemerintahan, ia dikenal
sebagai wanita yang keras, tegas, dan ambisius. Karisma yang terpancar dari
dalam dirinya membuat ia mampu memerintah mesir selama dua puluh tahun lebih
dengan berbagai perkembangan yang mengagumkan.